Gelombang kejutan melanda industri pernikahan setelah muncul kabar bahwa pemutaran musik di acara nikah bakal dikenakan royalti sebesar 2%. Wahana Musik Indonesia (WAMI) menegaskan aturan ini berlaku untuk semua penggunaan musik komersial, baik yang dimainkan band, penyanyi, maupun DJ. Besaran biaya dihitung dari total produksi musik, mencakup sewa peralatan seperti *sound system*, *backline*, hingga honor penampil.

WAMI menyatakan bahwa kewajiban pembayaran berada di tangan pasangan pengantin atau penyelenggara acara. Kebijakan ini disebut sebagai upaya melindungi hak cipta musisi dan pencipta lagu.

Dampak ke Calon Pengantin dan Vendor

Ayunda Wardhani, CEO Bridestory, menilai kebijakan ini perlu dikaji ulang karena berpotensi memengaruhi banyak pihak. “Pesta pernikahan bersifat privat dan tidak memungut biaya tiket dari tamu. Ketidakjelasan regulasi bisa membebani calon pengantin dan vendor musik,” ujarnya saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (15/8/2025).

Ia berharap pemerintah bisa memediasi dialog untuk mencapai solusi yang adil bagi semua, bukan hanya musisi atau lembaga tertentu. “Ini bukan sekadar soal membayar royalti, tapi juga transparansi aturan agar vendor bisa terus berkarya tanpa kebingungan,” tegasnya. Ayunda juga menekankan pentingnya pengawasan agar royalti benar-benar sampai ke tangan musisi yang berhak.

Vendor Siap Menanggung Biaya

Sejumlah vendor musik sudah mengambil sikap. Renata Tobing dari Rich Entertainment menyatakan pihaknya akan menanggung biaya royalti jika aturan resmi berlaku. “Kami tidak akan membebankan biaya ini ke musisi atau pengantin. Semua akan kami tanggung sebagai vendor,” jelas Renata di Jakarta Convention Center.

Rekannya, Rani Rahayu, menambahkan bahwa harga paket hiburan yang ditawarkan ke klien sudah termasuk biaya royalti. “Pengantin tak perlu khawatir dengan biaya tambahan. Jika aturan sudah final, kami yang akan mengurus semuanya,” katanya.

Alternatif Hiburan Musik

Meski belum ada kepastian, Ayunda menyebut banyak calon pengantin tetap ingin menghadirkan musik spesial di hari bahagia mereka. “Bagi yang budget-nya memadai, mengundang band favorit melalui *wedding planner* seperti Hilda by Bridestory bisa jadi pilihan,” sarannya.

Vendor juga bisa memanfaatkan platform musik bebas royalti seperti Pixabay atau Epidemic, meski berbayar. Situasi ini mendorong pelaku industri untuk menyiapkan strategi baru.

Namun, semua sepakat bahwa kejelasan regulasi adalah kunci. “Sebelum aturan diberlakukan, sosialisasi harus dilakukan agar semua pihak paham hak dan kewajibannya,” tutup Ayunda.