
Nadiem Makarim dan Tantangan di Dunia Pendidikan
Ketika Nadiem Makarim ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), banyak suara skeptis bermunculan. Usianya yang baru 35 tahun dan latar belakangnya sebagai pendiri GoJek membuat sebagian orang meragukan kemampuannya memimpin kementerian sebesar Kemendikbud. Namun, di balik keraguan itu, ada pula yang melihat potensi besar dalam diri Nadiem untuk membawa perubahan.
Dari Dunia Start-up ke Pendidikan Nasional
Nadiem dikenal sebagai sosok visioner di dunia teknologi. Lewat GoJek, ia membuktikan kemampuannya mengubah sumber daya pasif menjadi aktif melalui kolaborasi berbasis digital. Keberhasilannya membangun ekosistem yang inovatif menimbulkan harapan bahwa ia bisa menerapkan pendekatan serupa di dunia pendidikan.
Namun, tantangan di Kemendikbud jauh berbeda. Dunia pendidikan tidak hanya tentang mencetak generasi pintar, tetapi juga membangun karakter. Selama ini, menteri pendidikan biasanya berasal dari kalangan akademisi dengan pengalaman puluhan tahun. Nadiem, yang tidak memiliki latar belakang langsung di bidang pendidikan, dianggap sebagai pilihan yang berani—bahkan penuh risiko.
Generasi Digital vs Sistem yang Tertinggal
Siswa-siswa masa kini adalah generasi yang hidup berdampingan dengan teknologi. Mereka akrab dengan gawai, menyimpan memori di cloud, dan lebih adaptif terhadap perubahan. Nadiem, sebagai bagian dari generasi ini, diharapkan mampu membawa terobosan dalam pembelajaran berbasis digital.
Tapi, ada tantangan besar yang mengintai: birokrasi yang kaku, feodalisme, dan kepentingan pasar. Sistem pendidikan saat ini kerap dianggap menakutkan, membebani, dan kurang membangkitkan semangat belajar. Banyak siswa menghabiskan waktu dari pagi hingga malam untuk sekolah, les, dan mengerjakan PR, sampai orang tua pun ikut terjebak dalam tekanan ini.
Harapan dan Realita yang Pahit
Banyak yang berharap Nadiem bisa memutus rantai feodalisme dan korupsi yang menggerogoti dunia pendidikan. Sayangnya, alih-alih menghancurkan sistem yang bobrok, ia justru terjerat dalam kasus korupsi pengadaan Chromebook. Ketenarannya sebagai sosok muda berintegritas runtuh dalam sekejap.
Ini menjadi pelajaran pahit bahwa perubahan di dunia pendidikan tidak hanya membutuhkan ide brilian, tetapi juga ketahanan menghadapi sistem yang sudah mengakar. Nadiem mungkin punya visi, tetapi tantangan di lapangan ternyata lebih besar dari yang dibayangkan.