
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan di Bogor membawa perubahan signifikan bagi pedagang kantin sekolah. Awalnya, para penjual makanan di lingkungan sekolah mengalami penurunan omzet yang cukup besar karena siswa lebih memilih makan siang gratis dari program pemerintah. Tak sedikit yang pendapatannya merosot hingga lebih dari separuh. Namun, lambat laun, mereka mulai menemukan cara untuk bertahan di tengah kebijakan baru ini.
Kebiasaan Siswa dan Menu Kantin
Meski sudah tersedia hidangan gratis, sebagian siswa ternyata tetap berburu camilan atau makanan tambahan di kantin. Alasannya beragam—mulai dari bosan dengan menu MBG yang dianggap kurang bervariasi hingga ketidakcocokan rasa. Beberapa anak mengeluhkan hidangan seperti ayam semur atau ayam goreng yang “kurang berasa” dibanding masakan rumahan, sehingga mereka mencari alternatif lain.
Inovasi Pedagang Menghadapi Tantangan
Para pedagang pun tak tinggal diam. Seperti Wati, salah satu penjual di kantin sekolah, ia mulai mengubah strategi dengan menawarkan pilihan menu lebih beragam setiap hari untuk memikat siswa. Meski pendapatannya terdampak, ia dan rekan sesama pedagang menyadari bahwa program ini memiliki tujuan mulia, terutama membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Misi Utama Program MBG
Program ini merupakan bagian dari agenda prioritas pemerintahan Prabowo–Gibran yang fokus pada perbaikan gizi pelajar sekaligus upaya menekan angka *stunting*. Dengan menyajikan makanan bergizi secara rutin di sekolah, diharapkan kesehatan dan pertumbuhan siswa bisa lebih optimal.